Oleh: Prof. Dr. Ibrahim Siregar
analisamedan.com-“Yusuf berkata: Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit yang untuk kamu makan saja”. “Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun paceklik), kecuali tinggal sedikit dari apa yang kamu simpan” (Q. 12:48-49).
Kekuatan hoax yang datang dari arah keluarga pembesar kerajaan Mesir memaksa Yusuf harus di-lockdown (ditahan) dan mendekam di dalam lockup (penjara), meskipun sesungguhnya tuduhan pelanggaran atau perbuatan kriminal yang ditujukan kepadanya bukanlah merupakan fakta.
Justeru sebaliknya karena kekuatan karakter dan sosok dirinya, muncul rasa kekaguman karena keindahan dan ketertarikan yang menyembulkan fitnah (arti dasar kata fitnah itu sendiri dalam bahasa Arab adalah menarik, mempesona, dan menggiurkan) dari orang yang memperhatikannya, sehingga terdorong untuk melibatkannya dalam perbuatan pelanggaran hukum atau nilai moralitas.
Ketampanan dan Fitnah
Ternyata ketampanan fisik dan karakter perilaku Yusuf menimbulkan fitnah dalam makna abstrak (menarik dan mempesona) justeru berubah menjelma menjadi fitnah dalam arti nyata berupa godaan dan jebakan yang akhirnya diiringi dengan tuduhan melakukan pelanggaran hukum. Yaitu berupa fitnah tuduhan perbuatan asusila, yang datang dari Zulaikha isteri dari seorang pejabat tinggi kerajaan, Qirhfir al-Aziz (Potifar).
Baca Juga:
Habit dan New Normal di Era Cyberspace
Cermin: Memberikan Layanan yang Terbaik dalam Kerja Kita
Dengan variabel keharusan menjaga martabat penguasa yang pantang tertelanjangi aibnya, Yusuf yang mempunyai karakter mulia itu harus bersedia menyerah untuk menutupi cela orang istana tersebut dengan mengorbankan perasaan dan nalarnya untuk siap menerima vonis hukuman pejoratif dari pihak penguasa, sehingga ia dilockdown (ditahan) di dalam lockup (penjara) sampai bertahun lamanya.
Keagungan akhlak perilaku, kegagahan, dan ketampanannya, membuat Yusuf harus mengalami kesulitan kendati dibalik itu ada hikmah merupakan proses pematangan kualitas jati dirinya, dengan melalui ujian berupa godaan permaisuri sang majikan untuk bersedia melayani hasrat birahinya.
Namun Yusuf dapat melaluinya dengan perjuangan yang tidak mudah, karena sesunguhnya ia sebagai lelaki normal bukan tidak punya rasa, namun akhirnya ia sampai pada prestasi kelulusan berkat benteng keimanan yang kokoh dan kekuatan karakternya.
Menaklukan Setan
Pada satu sisi dia berhasil menaklukkan setan yang menunggangi nafsu birahi isteri majikannya tapi pada sisi lain ia harus bersedia menerima vonis sesuai kehendak penguasa. Yusuf berupaya mendamaikan hatinya untuk menerima kenyataan, ia mengalah kendati tidak bersalah. Ia berprinsip bahwa penjara lebih baik baginya daripada menuruti ajakan godaan yang keji tersebut. Karena ia menyadari pesona rayuan tuannya itu dapat menjatuhkan dirinya ke jurang kebodohan dan kehinaan belaka (Q.12:33).
Memang dapat dipahami seandainya ia manut dan takluk kepada rayuan wanita jelita dan bangsawan tersebut mungkin saja Yusuf mengalami konsekuensi yang jauh lebih celaka dan nista, yaitu disamping hatinya akan terus tersiksa dengan rasa beban dosa perselingkuhan, dan praktis peristiwa bejat akibat jebakan tersebut tertangkap basah oleh tuannya, yang sedang berjalan ke arah ruangan tempat terjadinya peristiwa.
Jiwa yang Bening
Dalam keadaan terpenjara, Yusuf tetap memiliki pemikiran yang jernih dan hatinya selalu ridha dengan apa yang ia terima, karena ia yakin itu merupakan bagian dari skenario Allah terkait dengan visi dan misi besar risalah nubuat dari langit demi kemaslahatan; pencerahan dan peradaban umat manusia. Terbatasnya ruang gerak tersebut tidak membuat hatinya dan pikirnya ikut terbelenggu bersama jasadnya yang ter-lockdown bertahun lamanya hanya akibat fitnah yang dituduhkan kepadanya dari trik seorang yang sangat mengaguminya, karena gagal memikat hati Yusuf untuk melayani hasratnya.
Kebeningan jiwa; hati dan pikirannya membuat ia lepas bebas dari keterkungkungan penjara jasmani. Keterbatasan ruang dan raganya tidak praktis membuat tersandera wawasannya. Namun jiwanya selalu cerah dan dapat melesat tinggi jauh menembus cakrawala ruang transendental yang amat luas, melintasi alam fisik dan metafisik hingga tersembul gagasan jitu untuk menata kemaslahatan ketahanan pangan dan perekonomian masa depan manusia dan negara dimana ia berada.
Mimpi dan Futurist
Baginda raja bingung dengan usikan mimpi yang mengganggu pikirannya, dan gelisah karena ia yakin mimpinya tersebut bukan sekedar mimpi biasa. Apalagi mimpi kali ini ia rasakan merupakan mimpi yang begitu unik dan tidak terpecahkan oleh para ahli yang sebelumnya merupakan pakar handalannya dalam menafsir mimpinya.
Memang terkait keberadaan mimpi apakah hanya sekedar permainan tidur atau perlu dipandang penting, dapat dipahami bahwa mimpi mungkin saja merupakan media penyampai informasi kepada seorang yang bermimpi.
Dalam Alquran begitu juga dalam kitab agama samawi yang lain dijelaskan bahwa mimpi telah digunakan Allah untuk menyampaikan informasi profetik atau nubuwat, begitu juga memberi peringatan kepada penguasa yang tidak beriman dan tiran. Dari sisi persfektif saintifik tentang mimpi, G.William Domhoff mengeluarkan teori, Neorocognitive theory of Dreaming, Pakar psikologi kontemporer ini berpandangan bahwa mimpi dapat digunakan untuk mencari informasi terkait permainan, prakiraan cuaca; dan masa depan (Dreamsearch).
Penafsiran Mimpi
Dalam konteks ini para raja Mesir memiliki para ahli handalannya dalam bidang penafsir mimpi untuk dijadikan sebagai pertimbangan penting dalam berbagai hal, termasuk untuk mengambil kebijakan pemerintahan di lingkungan wilayah kerajaannya. Hal demikian tidak terkecuali raja yang memerintah ketika Yusuf ditahan dalam penjara.
Ketika paduka raja bermimpi tentang peristiwa tujuh ekor sapi yang kurus memakan tujuh ekor sapi yang gemuk, ia mencari tahu apa sesungguhnya informasi yang harus segera ia dapatkan dari mimpinya, yang ia pandang dan rasakan itu bukan hanya sekedar permainan tidur belaka.
Semua ahli tafsir mimpi di lingkungan istana diberi kesempatan untuk mengemukakan takwil dan pendapatnya tentang isi mimpinya tersebut, namun seorang pun tidak dapat meyakinkan baginda raja, apalagi mereka hanya lebih cenderung berpendapat itu hanya mimpi biasa yang hadir sebagai permainan tidurnya sang raja saja, tiada informasi yang penting termuat di dalamnya.
Karena baginda raja tidak merasa tenteram dengan mimpinya itu, demikian juga tiada tafsir dan informasi apapun yang dapat dikemukakan oleh para ahli tafsir mimpi di lingkungan istana, tiba-tiba raja di beri informasi dari juru masak istana, yang pernah ditahan bersama Yusuf. Ia menjelaskan kepada raja bahwa ada seorang laki-laki yang sangat terpercaya dan ahli menafsir mimpi. Laki-laki tersebut bernama Yusuf, yang sedang menjalani tahanan di penjara.
Penjelasan
Mendengar penjelasan tersebut raja meminta untuk segera menghadirkan Yusuf. Ketika dibawa ke forum pertemuan di depan baginda raja dan dihadiri para ahli tafsir mimpi, Yusuf ditanya oleh baginda apakah ia mampu menafsirkan mimpinya. Yusuf menjawab dengan mengatakan ia hanya bisa berupaya dengan izin Tuhannya Allah yang Mahakuasa.
Mendengar jawaban Yusuf yang tawadhu tersebut baginda raja justeru terkesan dan rasa percayanya semakin menguat, sehingga ia langsung menceritakan mimpinya tersebut. Selesai menjelaskan mimpinya ia segera memersilakan Yusuf untuk menjelaskan arti dari mimpinya tersebut.
Yusuf menjelaskan tafsir mimpi baginda, bahwa arti tujuh ekor sapi gemuk yang hadir dalam mimpinya tersebut adalah, bahwa akan datang masa subur dan kemakmuran yang berlimpah di negeri Mesir selama tujuh tahun. Kemudian tujuh ekor sapi yang kurus tersebut memiliki arti yang merupakan informasi akan datang musim kekeringan kemarau panjang selama tujuh tahun pula.
Makna Mimpi
Adapun makna dari tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi yang gemuk tersebut memberi informasi bahwa hasil panen yang selama tujuh tahun di musim subur tersebut akan menipis dan terjadi ancaman kekurangan pangan, serta krisis ekonomi akibat musim kekeringan kemarau panjang, sehingga terjadinya musim paceklik selama tujuh tahun.
Mendengar penjelasan Yusuf tersebut raja dengan antusias meminta apa pandangan Yusuf untuk solusi keadaan yang mengkhawatirkan terebut. Yusuf memberi gagasannya bahwa sebaiknya baginda mengangkat seorang yang dipercaya sebagai pejabat yang mengurusi persiapan pangan.
Penting perhatian dan komitmen serius untuk mempersiapkan stok makanan pokok, yaitu agar menanam gandum sebanyak mungkin selama tujuh tahun, di musim subur tersebut dan agar hasil panen disimpan sebaik baiknya. Supaya kualitas gandum nantinya dapat bertahan lama, agar disimpan dengan tidak memisahkan bijinya dari tangkainya. Stok inilah nanti untuk dapat mencukupi kebutuhan pangan sehingga terjaganya stabilitas ekonomi negeri Mesir di musim kekeringan akibat kemarau panjang sebagai antisipasi menghindari kesulitan dan paceklik di negeri tersebut.
Baginda begitu senangnya mendengar penjelasan Yusuf, kendati para ahli senior dalam tafsir mimpi menepis kebenaran pendapat dan gagasan Yusuf tersebut. Karena merasa lega dengan informasi yang termuat dari mimpinya dan ditambah gagasan antisipatif yang rasional ditawarkan oleh Yusuf baginda raja pada akhirnya memerintahkan agar pejabat terkait urusan tahanan penjara membebaskan Yusuf. Tidak sampai di situ saja namun baginda selanjutnya menawarkan agar Yusuf bersedia membantu baginda dalam urusan pemerintahan. Akhirnya Yusuf diangkat sebagai pejabat tinggi negara dalam bidang perbendaharaan kerajaan Mesir.
Amanah dan Realisasi Gagasan
Setelah diangkat pada posisi urusan perbendaharaan negara Yusuf memiliki peran kunci dalam melakukan langkah strategis untuk memajukan perekonomian negeri Mesir. Amanah jabatan tinggi yang diberikan raja membuat Yusuf memiliki peluang untuk merealisasikan gagasan yang ditawarkan kepada baginda dalam menghadapi musim kekeringan kemarau panjang tersebut.
Sebagai negara agararis yang fondasi perekonomiannya lebih terkonsentrasi pada sektor pertanian Yusuf fokus pada penanaman gandum dan melakukan efisiensi demi stabilitas perekonomian dan persediaan pangan ketika paceklik nanti telah tiba. Terkait peradaban manusia di zaman Yusuf 1715 SM merupakan peradaban gelombang pertama yang ditandai dengan era agraris.
Yaitu gelombang peradaban awal bagi manusia di bumi ini. Kemudian disusul dengan gelombang era industri yang ditandai dengan ditemukannya musim uap dan bedil untuk pertama kalinya di Eropa. Kemudian gelombang era informasi, dengan perkembangan yang sangat canggih dan pesat saat ini.
Kembali kepada Yusuf bahwa dengan menerapkan gagasan solutifnya untuk melakukan langkah antisipatif terhadap informasi dari mimpi baginda akan datang masa paceklik yang bertahun lamanya, beliau berhasil dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengemban amanah tersebut sehingga negeri Mesir dan rakyatnya selamat dari kekurangan pangan selama tujuh tahun dimana kekeringan kemarau panjang melanda negeri Mesir.
Kisah dan ‘Ibrah
Kendati kisah peristiwa ini sekitar 3715 tahun silam dan kultur manusia masih pada posisi gelombang awal peradaban, yaitu abad agraris, namun dapat dipetik filosofi penting dari fenomena tersebut. Suatu ‘Ibrah dan lesson learned yang tetap aktual sampai abad peradaban informasi ini. Yusuf sebagai pejabat tinggi negara memiliki karakter diri dan karakter kinerja yang begitu kuat . Kendati raganya dalam keadaan tersandara tidak serta merta pikiran dan hatinya ikut terkunci dan terlockdown bersama fisiknya.
Penting diartikulasikan bahwa ternyata raga yang bebas dan lepas tidak selalu berbanding lurus dengan mindset dan pikiran serta hati yang merdeka pula. Mungkin saja suatu bangsa tidak terkurung dalam cengkaraman kolonialisasi dalam arti konvensional teritorial dan kedaulatan, namun mungkin saja dapat tersandera dengan berbagai variabel lain seperti akibat pola dan gaya hidup konsumerisme kronis, keinginan instan untuk mencapai target, atau mungkin saja terjebak dalam percaturan politik ekonomi global yang tidak selalu memberi kemujuran bagi negara-negara berkembang untuk dapat melakukan antisipasi dalam menghadapi masa-masa krisis yang kejadiannya berulang sepanjang sejarah disebabkan berbagai faktor. Wallahu A’lam.
Penulis Rektor IAIN Padangsidempuan